Minggu, 01 Maret 2020

Resensi Novel Garis Waktu


 Garis Waktu
By : Naraanim
Identitas buku
Judul buku                  Garis Waktu
Penulis                         : Fiersa Besari
Penerbit                       : mediakita
Cetakan I                    : 2016
Bahasa                         : Indonesia
ISBN                           : 978-979-794-525-1
Tebal                           : 212 halaman

Sinopsis
          Dimulai oleh sosok Aku yang bertemu dengan Kamu dalam sebuah perjumpaan yang sederhana. Di bulan April, tahun pertama saat itu. Di bulan Mei masih di tahun yang sama Aku dipertemukan kembali dengan Kamu kemudian sesuatu yang tumbuh secara diam-diam itu datang.
            Juni, tahun pertama Aku masih menantimu, sementara engkau mengejar dirinya dan aku mengejar dirimu. Kemudian kalimat ‘jadilah dri sendiri’ terasa klise saat itu. Tak perlu meminta mereka untuk mengerti karena menurutku seharusnya ‘jangan berusaha menjadi keren, berusaa menjadi jujur’
            Agustus, Ketika kukira aku istimewa ternyata memang kau terbagi ke segala penjuru hingga kau bertemu dirinya dan bersamanya. Kalau saja aku mampu sudah kupastikan bahwa aku pantas untuk bersamamu. Masih dalam penantian dirimu, aku rindu sosokmu yang memberitahuku bahwa cinta terpendam adalah bahasa kehenngan dengan hati yang saling menggenggam. Aku terjebak dalam Zona pertemanan, dipukul mundur perlahan demi perlahan.
            Februari, Ketika duaniamu hancur berkeping-keping, aku menjadi pelarian untukmu. Hingga aku memperkenalkanmu pada makhluk pecicilanku yang bernama hati. Aku menjadikanmu poros semestaku, saat itu ketika hati kita melebur aku bersamamu yang akan membuat hari-harimu menjadi bahagia.
            Setelah kedatanganmu dalam hidupku, aku merasa menjadi orang yang sangat bahagia. Aku hanya takut tidak bisa menjadi yang terbaik untukmu. Sebuah ubungan pasti dilandasin ole perbedaan, perbedaan itu indah. Kita bisa berbagi perspektif baru, ilmu baru, wawasan baru, tetapi tetap harus mempunyai visi dan misi yang sama.
            Agustus tahun kedua serangkaian kode itu membuatku jengkel kata-kata ‘enggak kenapa-kenapa’ ‘gak ngeh’ berujung pada kalimat ‘kamu enggak peka’. Coba simpan dulu gadgetmu, lalu tatap mataku. Sebuah dialog akan lebih mendewasakan dibandingkan permainan kode.
            September tahun kedua, aku mempunyai banyak rencana indah bersamamu. Karena menurutku untuk menjadi indah itu sangat sederana. Pertama, kau kenal orangnya, lalu kau kenal sahabatnya, lalu kau kenal keluarganya, lalu kau menjadi bagian dari hidupnya, indah..
            Januari, tahun ketiga aku pergi untuk mencapai cita-citaku, kamupun begitu pergi menggapai cita-citamu. Jarak pun mencoba peruntungannya, aku harus sabar meski aku tau sabar itu tak mudah. Perlahan tapi pasti, aku menaiki tangga kesuksesan begitu juga dengan dirimu.
            Agustus tahun ketiga, aku pulang untuk bertemu denganmu tapi aku merasa kamu berubah. Obrolan kita tidak sepanjang dulu lagi, kamu berbeda. Ternyata perbedaan itu karena kamu sudah memiliki seseorang selain aku. Aku marah dan pergi meninggalkanmu.
            Desember tahun ketiga, hanya tersisa kenangan diantara Aku dan Kamu. Setelah kepergianmu aku belajar untuk menjadi lebih baik, denganmu aku belajar untuk melakukan yang terbaik, tanpamu aku belajar untuk memperbaiki. Ingin rasanya kembali menjadi anak kecil, dimana segalanya begitu sederhana. Ketka aku hancur dan kehilanangan arah, ada kalian para sahabat yang mnyelamatkanku.
            Maret, tahun kelima sepucuk surat undangan datang kepadaku, kau menikah dengan lelaki pilihanmu. Pada akhirnya jemari akan menemukan genggaman yang tepat, kepala akan menemukan bahu yang tepat, dan hati akan menemukan rumah yang tepat.
            Terima kasih darimu aku belajar untuk mendamba, berharap, jatuh cinta, patah hati, hingga kemudian sembuh dan mampu melangkah lagi. Perasaan kita tidaklah mati, melainkan hanya bermetamorfosis menjadi sesuatu yang jauh lebih indah. Salam untuk dia yang kini menjagamu, kuharap kau baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku, alam semesta mempunyai rencana yang lebih besar untukku.
“Pada Sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya.
Pada Sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan pegangan.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada titik-titik kenangan tertentu.
Maka, ikhlas saja kalau begitu
Karena sesunggunya, yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan”

Kelebihan
            Kelebihan dari buku ini adalah kata-kata nya yang kekinian sehingga membuat pembaca khususnya anak muda sangat mudah dipahami.
            Jadi apakah buku ini sangat rekomendasi? Aku akan bilang ya, kalau untuk sekedar teman perjalanan di kereta boleh saja, terutama untuk kamu yang memang suka bacaan puitis atau yang memang sedang patah hati.
            Buku ini bisa menguatkan kamu untuk kembali bangkit dari rapuhnya kehilangan. Buku ini juga cocok untuk remaja SMA atau yang lagi di bangku kuliahan, akan lebih mengena ke mereka dibanding ke yang sudah menikah.

Kekurangan
            Banyaknya bahasa yang dilebih-lebihkan, sehingga membuat pembaca harus membacanya 2 kali. Banyak kata-kata ilmiah seperti metamorfosisi yang seharusnya dijelaskan atau dibuat catatan kaki.
Tapi kalau kamu adalah pembaca kelas berat atau yang berharap banyak dari sebuah buku, saya tidak merekomendasikan buku ini.




Terimakasih telah membaca, 
Mohon maaf apabila ada kata-kata yanng kurang berkenan 
Penulis pamit undur diri ^^

Kamis, 20 Februari 2020

Cerita Pendek (Cerpen) tema perjuangan



Indar dan Sang Kapten
By : naraanim

Menjadi seorang putri bangsawan memang tidak seenak yang kalian bayangkan. Indadari Koeswati. Indar, itulah panggilannya. Seorang cucu menteri keuangan negeri ini yang terkenal akan dermawannya, sayang kedua orangtuanya tidak menyukai soekarno hingga bersekongkol dengan pasukan PKI secara diam-diam dan ketika Indar berusia 3 tahun orangtuanya pergi mengikuti pemberontakan bersama yang lain dan terbunuh. Indar yang masih berusia 3 tahun diasuh oleh kakek neneknya hingga ia tumbuh menjadi wanita yang cantik.
Dan inilah zamanku, zaman dimana Belanda dengan leluasanya memasuki negara ini. Selalu saja terdengar baku tembakan setiap harinya. Ya.. pasukan sekutu itu membuatku risih, apalagi ditambah para pedagang harus menyisihkan setengah lahan tanahnya untuk mereka. Sungguh kejinya mereka. Dikasih umpan makan tuan, mereka para pasukan itu selalu memandang rendah perempuan apalagi perempuan negeri ini. Indar pun tak suka dengan perbuatan mereka yang tak senonoh.
Indar pun kadang selalu menyelinap ke dalam markas para pasukan sekutu, dengan cara di tengah malam dia pergi diam2 tanpa sepengetahuan kakek dan neneknya untuk sekedar penasaran terhadap para sekutu itu. Dia kadang berpakaian seperti penyusup, yang memakai pakaian serba tertutup.
Hingga suatu hari ‘Bruk’ seseorang terjatuh didepan Indar ketika dia sedang menyelinap masuk ke dalam markas sekutu. Dilihatnya orang itu, ternyata sekujur tubuhnya memar, sepertinya dia baru saja dipukuli  pikirnya. Segera saja Indar pergi agar tidak ketahuan. Tapi langkahnya terhenti ketika..
“To..Long.. To.. Long..” ucap sang pemuda yang terluka itu.
Indar menengok ke belakang dan tak tega meninggalkan dia. Akhirnya dia membantunya, dia membawanya masuk ke dalam asrama. Dalam perjalanannya dia memapah sang pemuda itu.
“Thank you bung..” ucap sang pemuda.
Indar tidak menjawabnya, dia hanya focus memapah sang pemuda itu. Di sepanjang jalan sepi, karena hari ini terdapat pesta meriah hingga akhirnya semua para pasukan pergi untuk berfoya-foya mengikuti pesta.
“Hey.. kau penyusup yaa” ucapnya. Indar hanya diam tak menjawab pertanyaan sang pemuda itu.
Hingga sang pemuda itu membuka penutup mulut Indar, Indar pun kaget dan melihat sang pemuda itu. Dua pasang mata coklat saling bertatapan. Indar tersadar dan segera memalingkan wajahnya dan mulai melanjutkan memapahnya.
“Lukamu tak ada yang serius” ucap Indar.
“Oh iya, aku sudah biasa mendapatkan luka seperti ini. Lagian mereka juga bukan bangsaku, aku hanya dipaksa melakukan perintah mereka” jawabnya.
“Tapi kamu salah satu dari mereka” ucap Indar. Sang pemuda itu hanya tersenyum simpul.
“Dah.. kita sudah sampai” jawab sang pemuda. Indar yang terlalu fokus memikirkan ucapan sang pemuda, hingga lupa bahwa dia sudah sampai.
Ketika Indar hendak  melepaskan Sang Pemuda, tiba-tiba sang pemuda itu seperti akan jatuh. Dengan sigap Indar langsung meraih tangannya lagi. Tapi topi yang dipakai untuk menutupi rambutnya tidak sengaja terlepas dan memperlihatkan rambutnya.
“Wanita?” tanya dia heran.
Indar yang terkaget, langsung saja memasangkan topinya lagi. Sang pemuda pun duduk di kasurnya dan tertawa.
“kenapa tertawa?” tanya Indar.
“Tak ada, hanya lucu saja ada seorang penyusup wanita yang berani masuk kedalam gudang lelaki” jawab Sang pemuda santai.
“Wardani Eka Pratama, kalau nama belanda Erik Barack” lanjutnya.
Indar pun segera pergi meniggalkan sang pemuda, tapi sang pemuda itu menahannya.
“Tunggu, 2 hari ke depan para sekutu akan datang menjajah perhiasan. Tolong beritahu yang lain” ucap Dani.
Indar hanya mengangguk dengan badan sudah siap untuk pergi, setelah berjalan sedikit..
“Indadari Koeswati” ucapnya sambal melirik Dani
2 hari kemudian benar saja para sekutu itu datang kerumah Indar untuk merampas semua perhiasan kakek dan neneknya.
“Give me the jawl !” ucap satu diantara 3 lelaki yang memaksa sang nenek hingga jatuh ke bawah.
“Please.. please don’t hurt my mother” ucap seorang perempuan yang tiba-tiba memeluk sang nenek.
Kapten yang melihat adegan tersebut segera memarahi anak buahnya yang tadi membuat nenek itu jatuh.
“Hey.. hey.. Nee.. Not like that” ucap kapten yang tiba-tiba mndekati sang nenek dan Indar lalu memarahi anak buahnya.
“Captain!” ucap salah seorang tentara Belanda.
“Kolonel need you, please come to him!” ucap Kapten dengan nada tegas.
Setelah kepergian tentara Belanda itu, kapten kembali membalikan badannya dan bertanya kepada Indar dan sang nenek.
“Kalian tidak apa-apa?” ucap sang kapten.
“Kau.. Pribumi?” ucap sang nenek kaget.
“Ya.. aku pribumi sama sepertimu dan sama seperti anak perempuanmu tentunya.” jawabnya
“Mari bangun aku bantu.” Sambung kapten.
“Kau? Bagaimana bisa?” ucap Indar yang sudah kembali dari pemikirannya.
“Indar kau kenal dia?” tanya sang nenek.
“Tidak, aku hanya pernah bertemu dengannya” jawab Indar.
“Tak apa, kalian mengobrollah dulu, nenek akan kembali ke rumah sendiri” ucap nenek dan meninggalkan Indar dan sang Kapten.
“Ikut aku” ucap kapten yang langsung menarik tangan Indar untuk menjauhi tempat tersebut.
“Aku kan sudah bilang kepadamu, kenapa kamu tidak mendengarkan?” tanya kapten.
“Atas alasan apa aku harus mngikuti printamu” jawab Indar
“Dengar, aku hanya ingin pribumi disini aman” ucap kapten.
“Jika ingin aman, kamu seharusnya tidak memakai baju kebangsaan mereka! Itu sama saja seperti kamu membuat Indonesia tidak aman!” ucap Indar, kemudian Indar yang akan pegi tertahan oleh ucapan sang Kapten.
“Aku menyukaimu” ucap sang kapten tiba-tiba pada Indar, Indar pun membalikan badannya dan melihat Kapten.
“Tapi aku tidak menyukai seorang pengkhianat!” tegas Indar. Kaptenpun meraih tangan Indar.
“Dengar, aku dan timku bertugas memata-matai Belanda” pernyataan kapten yang langsung dipotong oleh Indar.
“Tapi aku tidak melihat pribumi yang lain”
“Kita terpisah.. setidaknya itula yang aku lakukan untuk membela negara ini bukan hanya mengendap-ngendap masuk ke dalam markas para bedebah itu” pernyataan sang Kapten membuat Indar berpikir.
Indar yang sedang memikirkan ucapan kapten kembali melamun. Kapten yang sadar akan Indar yang diam, segera dia goyangkan bahunya dan memanggil namanya.
“Dar.. Indar?”
“Ah iya ada apa E...rik?” kaget Indar sambil melihat nama dibaju Erik. Kapten yang tiba-tiba tersenyum kemudian tertawa akan kelucuan sang perempuan ini.
“Loh.. ada yang lucu ya?” tegas Indar sambil melihat bola mata sang Kapten.
“Nee.. kamu hanya lucu, padahal 2 hari yang lalu aku barau saja memperkenalkan diriku dan kamu sudah lupa” ucap kapten sambil cekikikan.
“Sudahlah, aku tidak suka ditertawakan”
“Baiklah aku minta maaf” ucap Kapten
Tiba-tiba diluar sana terdengar seseorang sedang memanggil sang kapten. Kapten yang tertegun dan tak suka waktunya diganggu terpaksa harus meninggalkan Indar.
“Dengar, dalam 1 minggu dari sekarang akan ada pesta besar dan semua tentara itu akan pergi berpesta. Kau bisa datang ke markas dengan pakaian tertutup itu, aku jamin tidak ada Belanda yang mau melewatkan pesta” Ucap Kapten kemudian pergi.
Indar pun melihat Kapten yang berlalu pergi menjauh dari dirinya, terdengar disana antara Kapten dan salah satu tentara itu sedang berbincang dan merekapun pergi.
1 minggu kemudian
Setelah pertmuan terakhir itu, benar saja Indar dan sang kapten bertemu di dalam markas para tentara. Kapten yang tidak menyangka Indar akan datang, ternyata bisa dipercayai.
“Akhirnya kamu datang..” ucap sang Kapten.
“Cepatlah aku tidak ada waktu untukmu”
“Baik.. kemari...” ucxap Kapten.
Kapten kemudian membukakan peta wilayah dan menyalakan senter, kemudian kapten menjelaskan bahwa peta ini merupakan peta invasi yang akan dilakukan besok.
“Besok, kita akan melakukan perampasan besar-besaran di desa ini” tunjuk Kapten
“Tapi kenapa? Apa harta yang diberikan sebagian oleh penduduk desa tidak cukup?” tanya heran Indar.
“Yaa.. belum lama ini, nippon menyerang kami maka dari itu kami membutuhkan lebih banyak uang dan bahan pokok untuk membeli senjata.” Ucap Kapten panjang lebar.
“Apa yang kamu mau dariku?” Tanya Indar.
“Aku hanya ingin memberitahumu dan juga beritahulah semua penduduk desa untuk pergi mengungsi malam ini.” Jawab kapten.
“Mengungsi? Mengungsi kemana?”
“Berjalanlah ke Barat, disana ada suatu tempat yang masih belum terjangkau oleh tentara Belanda” Ucap kapten.
“Baik” jawab Indar mengangguk.
Saat Indar akan melangkah pergi, Kapten menahan tangan Indar.
“Tunggu aku belum mendengar jawabanmu”
“Jawaban? Kau akan mndapatkan jawabannya nanti Capt” ucapan terakhir Indar kepada sang Kapten.
Setelah kepergian Indar, Indar langsung membangunkan kakek dan neneknya. Dia menceritakan semua kejadian yang besok akan terjadi. Indar, Kakek, dan Neneknya pun membangunkan warga satu persatu untuk segera mengungsi. Semua warga mengikuti suruhan Indar dan Sang Kapten yaitu pergi ke arah barat.
Pagi hari benar saja para tentara Belanda itu datang dengan siap untuk menggeledah rumah warga. Alangkah kagetnya mereka ketika desa dirasa sangat sepi dan saat mengobrak-ngabrik rumahpun mereka tidak menemukan apa-apa. Kolonel yang kecewa akan ketidak tahuan para prajuritnya menghukum mereka dengan menglilingi desa sebanyak 100 kali.
Tapi ternyata salah satu diantara mereka mendatangi kolonel dan membertitahukan sesuatu. Kolonel Roger yang mengetahui hal ini langsung geram dan segera memanggil sang pelaku.
“Captain Erick!” ucap Kolonel Roger Tegas.
“Yes Sir!” balasnya.
“I hear you not in the party last night, isn’t it?” Tanya kolenel Roger.
“Yes Sir!” jawabnya.
“Why? Where are you last night?” Tanyanya lagi.
“I’m sick sir, so I just stay in the armypost” Jawab sang kapten.
“He told me, you invite a women to know our plan for today, isn’t right?” Tanyanya marah.
Kapten melirik sang pemberitahu itu, ternyata ia adalah sahabat terdekat Kapten yaitu Brian yang selama ini Kapten percayai sebagai sahabatnya ternyata musuhnya juga.
“Tell me Erick! If he lie, I will shott him” Ucapnya sambil menyiapkan pistol untuk siap ditembakan pada Brian.
“Yes Sir, I bring a women and tel him about our plan” Jawabnya.
Dor!
Suara tembakan terdengar, tapi bukan untuk brian tapi untuk Kapten. Kapten terkena tembakan di kaki sebelah kirinya. Kapten yang merasa kesakitan hanya bisa terjatuh dan meringis kesakitan. Tiba-tiba pandangan Kapten kabur dan Kapten pingsan.
Tuutt
Dirasa terdengar seperti suara perahu, kapten pun terbangun dengan kaki kirinya merasakan kesakitan. Saat dia melihat siapa yang mengobatinya ternyata itu Brian. Kemudian Brian pun meminta maf karena telah mengkhianati Kapten dan menjelaskan bahwa dirinya mengidap asma dan dia tidak bisa meninggalkan putri kecilnya untuk mati begitu saja.
Brian juga menjelaskan bahwa Kapten diberi hukuman penjara selama 10 tahun di Netherland (Belanda). Kapten yang kaget akan berita tersebut menjelaskan semua tragedi antara dia dan Indar. Brian pun merasa bersalah tapi apadaya semua telah terjadi. Ketika sampai di Netherland Kapten memberikan sepucuk surat kepada Brian.
“Tolong berikan surat ini pada seseorang yang sekarang diam di desa bagian barat” ucap Kapten.
Brian pun mengambil suratnya dan pergi. Sesampainya Brian ke Indonesia dia dinobatkan menjadi Kapten tetapi ia menolaknya, ia meminta untuk menjadi pembawa pesan ke Belanda. Kolonel pun menyetujuinya.
Setelah 1 minggu mencari seseosok perempuan yang Kapten bilang, akhirnya dia bertemu dengan Indar yang ternyata adalah seorang guru di suatu sekolah. Brian pun berbincang dengan Indar dan memberitahu kondisi Kapten sekarang. 1 tahun lebih Brian sering sekali pulang pergi Indonesia Belanda dan tidak lupa pula Kapten dan Indar saling mengirim pesan. Ketika Brian pergi anaknya yaitu Norma akan dititipkan pada Indar. Dan Indarpun menyetujuinya.
5 tahun kemudian Brian yang masih setia menjadi pos pngirim surat antara Indar dan Kapten mengucapkan sesuatu.
“Indar.. saat ini Netherland sedang diserang oleh Nippon, dan Indonesiapun akan terkena dampaknya. Ini sepertinya surat terkhir yang akan aku kirimkan kepadamu. Aku dan Norma akan kembali ke Netherland. Aku harap kau dan kapten segera dipertemukan” Ucap Brian perpisahan. Indarpun mengangguk dan memberikan surat terakhir itu kepada Brian untuk diberikan kepada Kapten.
5 tahun kemudian, setelah kedatangan Nippon. Kehidupan Indar hancur, kakek dan neneknya dibunuh dengan cara sadis oleh tentara Jepang. Dia diperkosa oleh salah satu tentara Jepang, lapar.., disiksa.., bau amis darah.. membuat Indar tak tahan akan kekacauan ini. Iapun secara diam-diam pergi menuju pantai mencari tempat persembunyian. Disana untungnya dia menemukan beberapa warga yang membantu hidupnya. Setidaknya disini ia tidak harus memuaskan nafsu para Jepang itu.
Setahun kemudian setelah pemberitahuan Jepang yang mundur dari Indonesia, Sekutu kembali menguasai Indonesia, tetapi tentunya tidak sekejam saat penjajahan Jepang kemarin. Indar pun hidup aman sebagai pembantu para nelayan.
Saat sore hari, Indar akan pergi ke pantai untuk mencari kerang tetapi dipinggir pantai dia melihat sosok lelaki tinggi dengan baju yang lusuh. Indarpun mendekati lelaki itu dan setelah dia melihat kedua mata itu, Indar mengingat seseorang.
“Kapten” ucap Indar
Lelaki itupun tersenyum,
“Jangan panggil aku Kapten, aku sudah tidak menjadi kapten lagi” Jawabnya.
“Akhirnya setelah sebulan aku mencarimu, ternyata benar aruslah yang membawaku kembali kepadamu” Sambung kapten.
Indarpun hanya tersenyum, kemudian ia menceritakan semua kejadian setelah kepergian Brian. Kini Indar maupun Kapten tidak mempunyai siapapun di negeri ini, hanya tersisa mereka berdualah tanpa sanak saudara.
“Dan kau menggunakan cincin yang aku berikan?” Tanya kapten.
“Ya.. dan aku menggunakannya selama lebih dari 10 tahun” Jawab Indar, Kapten pun tertawa.
“Baiklah aku akan mengulangi kata-kataku disurat itu” Ucap kapten yang kemudian berjongkok di depan Indar.
“Indadari Koeswati maukah kau menikah dengan Kapten Wardani Eka Pratama?” Tanya kapten.
Tanpa basabasi Indar pun langsung mengangguk dan mereka pun berpelukan.
“Hey.. kau mau melihat norma?” Ucap kapten, Indar pun mengangguk. Kapten pun mengeluarkan selembar foto dan memerlihatkannya pada Indar.
“Wah.. dia sudah besar”
Mereka pun hidup bahagia sebagai pasangan suami dan istri.

Rabu, 18 September 2019

Naskah Drama Ujian Praktik (Uprak) Bahasa Sunda


Naskah Drama Ujian Praktik
Bahasa Sunda

Judul : Sstt... Aya Nu Kawin?
By : Naraanim & teman2



Aktor                          :
            M. A I salaku Adi Otoy
            M. S R salaku Adimas
            M. F L J salaku Ustad Aji Masaid
            R A salaku Direktur jeung Penghulu
Aktris                          :
            A P salaku Puput
            A D salaku Neneng
            D N salaku Narator
D L S salaku Sheila
            D N salaku Ambu
            R A salaku Istri 2 jeung Sekertaris Kim
            S S salaku Suara Pambawa Berita
            S Y R salaku Istri 3
            S N salaku Jelita
            S N O salaku Kokon
            T M salaku Istri 1
            W A P salaku Nesa





Take 1
Kacaritakeun di hiji kantor, hiruplah saurang istri anu umurna 30 tahunan, namina Sheila. Kahirupan Sheila sangat sampurna. Hiji poe telpon Ambu Ngarubah sagalana, Sheila anu tara mikirkeun jodohna, ujug-ujug dijodohkeun. Kira-kira kumaha nyaa reaksi Sheila? Alkisahh dikawitan di TKP... (OVJ TKP)
Direktur               : “Sekertaris Kim punten pangnyaurankeun Nona Sheila”
Sekertaris Kim   : “Muhun direktur”
(Sekertaris Kim angkat)
Sheila                    : (toktoktok) “Assalamualaikum, punten bapak teh manggil saya?
Direktur               : “kadieu la.. sok calik”
Sheila                    : “mu.. muhun pak. Aya naon nya pak?”
Direktur               : “janteun.. hihii abdi didieu teh nyauran Ela teh, bade mihaturan selamet kanggo Ela”
Sheila                    : “selamet pak? Selamet jang naon?”
Direktur               : “selamat ulang taun laaa ... hihii”
Sheila                    : “Ahh enya pa, hatur nuhunnya pak”
Direktur               : “tah ku kituna, sekertaris kim tos mesen tuangeun kanggo engke wengi di hotel bintang lima sareng pamandangan anu saeeee pisan....”
(jol Telp hurung)
Sheila                    : “punten sakedap nyaa pak, ieu ti ambu
Direktur               : “Oh nya sok, mangga. Naon sok lah nu henteu kanggo neng Ela mah hihii”
(Ela angkat Telpon Ambu)
Sheila                    : “Assalamualaikum, aya naon mbu?”
Ambu                                    :  “Wa'alaikumsalam, Ela kumaha? tos 5x lebaran teu uih, iraha bade uih, iraha nyandak calon ka lembur? Ambu teh tos sepuh, hoyong minang cucu, sepi di bumi”
Sheila                                    :  “Nya Ambu nya, mun Ela can gaduh kumaha? Can aya jodoh na atuh, Ela betah keneh tos sukses di Jakarta, kan ieu oge kahoyong alm. Abah, mbu..”
Ambu                    : “Tuh nya anggeur, Ela teh kudu inget ayena ges cukup umur keur boga pasangan”
Sheila                   : “muhun ambu muhun, ela ge terang umur”
Ambu                    : “Eh enya, Ela inget keneh teu ka si Adi ? Baturan SD di kampung baheula”
Sheila                    : “si adi? Adi nu mana?”
Ambu                    : “etaa Baturan SD di kampung baheula”
 Sheila                                   : “ohh muhun Ambu, inget si Adi nu hideung, sok jail, teu daek cicing, bisa na ngan gugurubugan”
Ambu                                    :  “Eh ulah kitu kabatur, goreng ah! Sabenerna ieu pesen ti alm. Abah, yen maneh teh kudu kawin jeung si Adi”
Sheila                    : “HAHH?! AMBU TEU SALAHH? Ngawinkeun Ela jeung Bebegig Sawah!!ahh Ambu mah tega”
Ambu                    :  “Lain kitu, Ambu mah dititipan wasiat terakhir Abah. Pokona Sabtu ayena Ela kudu balik ka lembur, Ambu bung nyaho , mun teu balik Ambu rek maot weh lah”
Sheila                    :  “Ehh Ehh Ambu tong kitu atuh, enyaa enyaa Ela uih, tapi can tangtu nya Ela bakal kawin jeung si Adi”
*Hp dipareuman ku ambu*
Sheila                    :  “Halo Ambu ? Ambu? Halo?, Astaghfirullah”
Direktur               : “Kunaon la?”
Sheila                    : “biasa pak.. masalah kulawargi”
Direktur               : “Ambu nyuruh ela nikah?”
Sheila                    :  “muhun pak, ehh pak atos heula nyaa. Ela bade neraskeun pagawean deui”
Direktur               : nyaa nyaa sok atuh, kanggo rencana ngke wengi ku abdi tunda hela nyaa, jadiii... (pas ningal ka tukang Sheila kantos indit)
                                La.. la.. naha indit?
(Direktur angkat telpon)
Direktur               : Sekertaris Kim, rencana wengi ieu dibatalkeun we nya!
Sekertaris Kim   : oh enya pa siap atuh..

TAKE 2
Ela karek datang, jol baturanna nyieun reuwas
JN                           :  HAPPYY BIRTHDAAAAYYY!!!!
Jelita                      :  Tiup lilin gancang tiupp bisi kaduruk
Nesa                      :  Eh ulaah, anteup sinah wish hela ihhh
Jelita                      :  Tiup helaa panas kieuu
Nesa                      :  Nya simpeun weh ni sulit
Sheila                    :  STOOOPP! MENI GANDENGG!! Keur naon atuh? Ieu deuk surprise atau gelut sihh?
Jelita                      :  Nya hampura atuh laa
Nesa                      :  La maneh kunaon? Jamedud kitu? Aya masalah?
Jelita                      :  Nyasok carita kuneon?
Nesa                      :  Naon lain neon satehh!!
Jelita                      :  Nya atuh eta sarua keneh, meni
Sheila                    :  Jadi kieu daks, urang bingung kudu kumaha, Ambu hoyong geura ngawinkeun urang di lembur
Jelita                      :  Hahhhh!Jeung sahaaa?! MUNDINGG?
Nesa                      :  SSsst maneh ihh
Sheila                    :  Jeung baturan SD urang, geus mah goreng sieta tehh, calutak lah pokona
Jelita                      :  Gampang tinggal tolak weh, meni hese
Sheila                    :  Nya masalah na Ambu nganceum deuk maot, kumaha atuh eta ge kolot hiji hiji na urang
Nesa                                      :   Nyageus, cobaan hela maneh balik panggihan Ambu , karunya geus kolot, bisi bener ajal na eta teh
Jelita                                      :  Nya yukk ku Nesa jeung Jelita dibaturan kaditu, bari cuti saminggu lumayan refreshing
Sheila                                    : Hmmm kumaha nyaa? Ide alus tapii!! Nuhun nyaa geus ngabaturan urangg muaaach (Pelukan)
(Direktur kurunyung datang)
Direktur               : heyy heyy
Jelita, Nesa, Sheila : Hey Tayo (ketawa bersama)
Direktur               : hadeuh ai maraneh, buru digarawe, ngobrol wae!
Sheila, Jelita, Nesa : Siap pak Direktur


TAKE 3
Sheila nu eweuh rencana ge tuntungna indit ka kampung halaman jang nepangan ambu. jeung saetik penasaran tentang Adi. Langsung wae urang tingal di TKP (OVJ TKP)
Sheila                    :  Assalamualaikum, Ambu !!
Ambu                    :   Wa'alaikumsalam, uhukk uhukk! Aduhh gustii ieu teh putri ratu Ambu?meni beuki geulis, Ambu sono pisan (pelukan)
Sheila                    : Ambu hampura nya Ela karek dongkap ayeuna, Ela ge sono pisan
Ambu                    : Ehh ieu saha?(Jelita & Nesa Salim)
babaturan?meuni garaya nya, tong pake baju kitu ah ngewa, tuh geura ganti baju nu bener, engke peuting bakal aya acara keluarga
Sheila                    : Acara naon mbu, Ela teh nembe uih cape keneh, hoyong bobo heula
Ambu                    : Euleuhh euleuuh kan Ambu tos nyarios, maneh teh bakal dikawinkeun jeung si Adi, ayeuna bakal datang keluarga si Ad. Sok pokona gancang ganti baju!!
Sheila                    : Atuhh Ambuuu (kesal)
Ambu                    : sok buru-buru,gera-gera
Teu kungsi lila, datang kaluarga Adi datang jang manggihan Ela, maranehna bakal ngarancanakeun pernikahan
Ust. Aji                 : Assalamualaikum, punten Ceu Imas
Ambu                    : Wa'alaikumsalam, ehh mangga kalebet. Sok calik-calik
(Calik)
Kurunyung Otoy datang
Ust. Aji                 : Damang? Kumaha Ela tos uih?
Otoy                      : Mana Ela na mbu? Meni tos sono pisan
*Sabari dikipasan, disisiran, dielap bengetna ku  3 istri*
Ust. Aji                                 : gandeng maneh, pan anu rek dikawinkeun si Adi
Otoy                      : panan abdi teh Adi
Ust. Aji                                 : iya iya iya iya
*Datang Jelita & Nesa*
Jelita                      :  Astaghfirullah, bener siga jurig bungkeuleuk!
Nesa                      :  Watirr nya si Ela, boh kitu mending kawin jeung munding
Ambu (lirik J&N tatapan sinis):  Ssstt diukk!! Sakedapnya pak ustad. Elaa kadieu enggal, ieu aya Abah na Adi, pak ustadz Aji tos dongkap, buru geulis
Sheila                    : (Datang bari leumpang)   Innalilahii, cobaan naon ieu gusti (reuwas)
Sheila                    : (duduk)   Punten abah, Ela alim jadi nu ka 4, bung dicandung
*kurunyung datang Adi anu sabenarna*
Adi                         :*tok! tok! tok!*   "Assalamualaikum"
Nesa                      :  Gusti nu Agung ni kasep kitu (bengong kaget)
Jelita                      :  Cicing nu urang ihhh
*Gimik rebutan tapi tanpa suara*
Adi                         :  Punten telat, nembe beres rapat di masjid
Ambu                    :  Ehhh Wa'alaikumsalam, sok kalebet Adi
Sheila                    :  Hahh! (Lirik Ambu) nu ieu mbu?
Ambu                    : (mere jempol)
Ust. Aji                                 : tahh neng Ela, ieu teh Adi anu asli Adimas Putra Setia Bin Titan Aji Masaid
Sheila                    : ahh enya, kumaha damang kang Adi?
Adi                         : alhamdulillah sae neng
Neng kumaha di Jakarta?
Sheila                    : sae kang
Jelita & Nesa      : MMM cocweettt PDKT nih yee
Ust. Aji & Ambu : PDKT?
Jelita & Nesa      : Pengen Deket Kamu Terus hihii
Ambu                    : haduh haduh dasar budak zaman ayeuna, sok ahh pa ustad urang kawitan acarana.
Ust. Aji                 : muhunn mangga mangga, jadi kadongkapan abdi ka dieu teh bade ngajalankeun pesen ti Alm. Abah Anom nyaeta Abah na Ela.
Ambu                    :  janten Ela, Abah teh hoyong Ela dijodohkeun sareng Adi
Jelita & Nesa      : Tarima cuyy
 Sheila                   : Tapi mbu, naha teu gancang teuing lamun langsung nikah?
Ust. Aji                                 : Wios wios neng, Mun Adi mah emang tos waktosna gaduh putra
Ambu                    : ngan kaputusan teh aya di tangan Adi sareng Ela.
Adi                         : Mun Adi mah kumaha neng Ela, mangga sok neng Ela anu mutuskeun
Sheila                    : Kumaha nya, da Ela bingung
Otoy                      : Nya atos wehh jeung Abi nya neng :D
Istri 3                     : Yang kita udah tiga
Istri 2                     : Iyaa mas, masa mau nambah lagi?
Istri 1                     : Atuh kang, nanti di jadwal kita ngerubah lagi
Jelita & Nesa      : Iuhhh (jijik)
Ust. Aji                                 : Ngerakeun sa teh
                                Mun neng Ela bingung mah urang mere waktu kanggo neng Ela mikir,
Ambu                    : ehh bener pisan Pak Ustad
Sheila                    : nyaa atos ari kitu mah, Ela menta waktu saminggu kanggo mikir
Otoy                      : Mung sakitu atuh nyaa anu bade didugikeun ku simkuring sareng kulawargi
Ust. Aji                                 : heh! Bapana saha!!
Otoy                      : ohh enya enya
Ust. Aji                 :  Mung sakitu atuh nya anu bade didugikeun ti abdi sareng kulawargi, punten bilih aya kalepatan wassalamualaikum
Ambu, Jelita, Nesa, Sheila : waasalaikumsallam Wr. Wb.


TAKE 4
Isukna Adi manggihan Ela dibumi na kanggo nyarioskeun parihal hubungan maranehna. Tiasa teu nya Ela jatuh Cinta sareng Adi? Urang sambung deui di TKP.. (OVJ TKP)
Adi                         :  Assalamualaikum
Jelita                      :  Wa'alaikumsalam, aduh akang tumben kadieu, bade ka Dede nyaa? (muka genit)
Nesa                      :  Dede dede, rujit siaah. Yuukk kang angkat ayeuna
Adi                         : Punten Ela na aya?
(Ela kaluar)
Sheila                    :  Aya naon di?
Adi                         :  Bade ngajak kaluar La, yu!
Sheila                    :  Didieu weh (calik)
(lirik J&N) mantog satehh!
(Suasana hening)
Sheila                    :  Aya naon Di?
Adi                         :  Damang? Kumaha perjodohan na? setuju?
Sheila                    :  Duka atuh, can siap. Ieu mah Ambu weh ngarurusuh
Adi                         :  Ohh kitu
(Hening)
Sheila                    :  masih ngangon munding kang?
Adi                         :  Henteu, akang nembe uih, sami siga Ela, kira-kira tos satahun
Sheila                    : Timana kitu? Jakarta?Gawe diditu mah hese mun teu gaduh pendidikan
Adi                         :  Sanes, akang nembe uih ti Mesir bereskeun S2
Sheila                    : Hahh?!! Oh kitu, nyandak naon wae?
Adi                         : S1 mah management bisnis, S2 Agama Islam
Sheila                    :Oh naha beda? Terus naha teu gawe di kota, lumayan
Adi                         : Muhun, kan akang teh resep ngolah bisnis, tapi ilmu kurang agama atau sebalikna kan teu adil, pasti moal lancar. Terus akang lebih milih diidieu, sabab akang teh hoyong ngembangkeun pusat pagawean keur warga didieu.
Sheila                    : salut duhh kang (bengong sambil senyum)
Adi                         : La?Ela kunaon?
Sheila                    : ahh henteu kunanaon kang, Ela bade uih heula nyaa, punten kang (ela pergi)
Tiba tiba kokon datang
Kokon                   : Eleuh eleuh tong seer ngalamun kang, pamali bising kasabet
Adi                         : ehh muhun astagfirullah
Kokon                   : Kunaon kang? Atos pegat centa nyaa??
Adi                         : Ahh kokon biasa wehh tong manggil Akang, adi wehh adii
Kokon                   : ahh nya adi sok kumaha kumaha
Adi                         : janten centa teh rumit nyaa kon
kokon                   : muhunn muhunn
Adi                         : Komo cinta urang mahh
kokon                   : muhunn muhunn
Adi                         : Bogoh ka janda salah, bogoh ka parawan geulis salah, bogoh ka maneh komoo
kokon                   : muhun muhunn
Adi                         : Si abah teh hoyongna naon atuhh nyaa
Kokon                   : muhunn muhunn
Adi                         : na ai silaing cageurrr?? Panan urang teh keur carita ka maneh
Kokon                   : muhunn muhunn
Adi                         : ahh lieur ngobrol jeung maneh mah (adi Pergi)
Kokon                   : Muhun muhun
                                Ehh dii.. kunaon??
Adi (geleng geleng) : Lieur maneh mah stress
Kokon                   :  Muhun Muhun
                                Ehh ehh KUMAHA di?

TAKE 5
Sheila aya di kamar
Jelita                      : Adeuh ciyee, beres bobogahana?
Nesa                      : ciyee ciyee
Sheila                    : euuu euhh gandeng, sstt jempe gera
Jelita & Nesa      : Ssstttt
(jug-ujug suara ciyee )
Sheila nyanyi ciyee Ciye
Jelita & Nesa      : Ssstttt
Sheila muka hp ningal Youtube
Sheila                    : Katanya Adi teh pengusaha batagor di Jakarta yahh
Sheila ngetik nama Adi
Pembaca Berita : Adimas putra Setia bin Titan, mangrupakeun anak kadua putra Ustadz Aji Masid  Bin Atang. Lahir tina rahim indungna, dibantu ku bapana. Di lahirkeun di Imah nganggo paraji. 32       Febuari 1985. Sakola SD di SD Suka Mabal, SMP Suka Pulang, sareng SMA Suka Kamu, lulusan S1 Universitas HSAU (Hoyong Sarjana Alim Usaha) jurusan ekonomi jeung ngalanjutkeun S2 juruan agama Islam di Mesir (Medan Kasisir).
Adimas atanapi anu biasa disebut Adi mangrupakeun pangusaha sukses Batagor di Indonesia, khusuna di Bandung. Dianatarana bae aya cabang di sisi walungan ciawitali, sisi walungan lobang buaya jeung sajabana atu teu tiasa ka jangkau ku masarakat.
Sheila mempause hp
Nesa                      : Oh enya arurang teh pernah meser pan, anu di sisi walungan teaa, anu seer sampah
Jelita                      : Benerr Benerr
Sheila                    : Ohh Batagor Kang Adot, eta teh pamilikna si Adi?
Jelita & Nesa      : Mmmm
Sheila                    : sstt ahh urang lanjut deui
Pembawa Berita : Adi anu ngagaduhan raray anu kasep, di incer ku para istri. Info status terkini BMKG (Badan Musawarah Kasep jeung Geulis) menemukan bahwa Adimas putra Setia eta mangrupakeun Jomblo tulen alias (JoLen). Nami instagram na nyaeta @dedimas_jolenporeper Line na nya eta @jolen_Dedimas, WA na nyaeta 0981234567, nami FB na nyaeta
Jug-ujug ngaereunkeun
Sheila ningal ka tukang, ternyata babaturanna keur stalker Adi
Sheila                    : astagfirullah, dasar PJTV
Jelita & Nesa      : PJTV?
Sheila                    : Pecinta Jomblo Tulen Variasi hahaha
Jelita & Nesa bisik-bisik ngomongin Sheila
Jelita                      : Sorangan na ge jomblo tulen nyaa
Nesa                      : heeh heeh
Jelita                      : aaaa(teriak) Si tulenku lagi live
Nesa                      : Hayu hayu keluar milarian sinyal.
Sheila                    :  Ehh ehh rek kamarana?

TAKE 6
Sheila anu panasaran ka Adi tuntungna miboga rasa anu can pernah Sheila rasakeun ka si Adi, tapi.. bisa teu cinta Sheila jeung Adi babarengan? Urang tuluykeun deui di TKP (OVJ TKP)
Neneng                                : surabi surabii, mangga surabina teh
Sheila                    : Neneng?ieu Neneng kaann? Neng ieu abi Ela baturan SD Neneng baheula
Neneng                                : Sanes abi sanes Neneng, abi kaditu hela nyaa"*menghindari Ela*
Sheila                    : Ieu pasti Neneng, moal mungkin salah. Neng kunaon? Teu resep aya Ela didieu?
Neneng                                : Lain kitu!! Abi terlanjur isin ka Ela
Sheila                    :  Kunaon Neng carita, aya naon
Neneng                                : (panggil anak) Putt..Puputt kadieu
Sheila                    : Saha ieu neng?
Puput                    : ambu ieu saha?
Sheila                    : ambu?!
Neneng                : sabenerna abi teh tos gaduh murangkalih, abi baheula dijodohkeun jeung juragan beas La, sabab kolot abi boga hutang loba. Tapi ayeuna tos ngantunkeun. Tah abi isin kulantaran Ela ayeuna sukses tapi abi geus jadi janda boga budak hiji
Sheila                    : (peluk) Ehh Neneng cing sabar nyaa, abi apal pasti eta masalah teu gampang dihadapan ku Neneng, dieu ku Ela bantuan dagang surabi na nyaa?
Neneng                : Ela tong nepi geuleuh ka Neneng nyaa, cukup warga kampung ieu hungkul nu teu resep ka Neneng, Neneng teu boga batur didieu*sedih*
Sheila                    : Neneng tenang wae, Ela mah ngadukung Neneng Lilahita’ala, oh enya iyeu putri teh namina saha? Meni geulis kieu, mirip neneng ieu mah
Neneng                : Alma Putri Setia laa, put sok salim heula ka bibi
(maranehna ngobrol bari kaluar)

TAKE 7
Di dinteun sore, Neneng nu keur jualan surabi papanggih sareng Adi. Kira kira kumaha nyaaa reaksi Ela. Urang tuluykeunn di TKP.... (OVJ TKP)
Neneng                                : Masyaallah kang Adi
Puput                    : Abahh (nyamperin Adi)
Adi                        : ehh puput, Abah gaduh sasuatu kanggo Puput
Puput                    : Naon eta bah?
Adi                         : Ieuu permen kanggo puput (masihan permen)
Puput                    : Hatur nuhun Abah, Puput nyaah ka Abah Adi
Adi                         : Abah oge nyaah ka Puput
Sheila nu ningal neneng ngalamun langsung ngageuingkeun
Sheila                    : (tepuk pundak Neneng)
“Neng! Kunaon? Ohh Neneng reseup ka si Adi?!!”
Neneng                                : SSsst henteuu La, tadi mah Neneng rewas
Sheila                    : Tos teu nanaon Neng jujur weh, ku Ela dibantuan
Neneng                                : Percuma La, Neneng moal mungkin bisa jodoh jeung si Adi  *galau*
Sheila                    : Naha bari jeung teu bisa?, Yuk susulan si Adi ayena
Neneng                                : Ulah Laa ulahh,
Sheila                    : Heyy Adi
Neneng                : Assalamualaikum kang Adi
Adi                         : waalaikumsallam, ehh Neneng  (senyum) ehh neng ela (biasa aja)
Sheila                    : sareng puput teh meni deukeut pisann dii
Adi                         : ahh biasa puput teh sono ka abahna, jadi Adi teh wios dianggap Abah sareng puput
                                Kumaha dagang surabina lancar neng?
Neneng                : Alhamdulillah kang..
Ust Aji tiba-tiba datang
Ust. Aji                                 : ehh ieu budak, dititah ngajagaan sendal kalah dipadog
Adi                         : Ohh iyeu muhun abah (masihan sendal)
Ust. Aji                                 :  Budak saha ieu? Ohh budak na si Janda nyaa
Adi                         : Astagfirullah Abah, entong nyarios kitu
Ust.Aji                  :  Hehh cicing!!! yeuh jang, tong daek ka si Neneng, sieta mah ges janda boga budak hiji. Teu cocok jeung silaing, awas siah mun kawin jeung nu kitu, Abah teu satuju
Adi                         : Tapi bah, Neneng teh awewe bageur, etamah ngan salah kolot na kalilit hutang
Ust.Aji                  :  Maneh bogoh ka si Neneng?jauhan sieta, mun henteuu maneh moal dianggap budak ku Abah (ust. Aji indit)
Adi                         : Muhun Abah muhun (lirik Neneng sedih)
Neneng                : Ela, Kang Adi. Neneng pamit nyaa. Assalamualaikum
                                Hayu putt, urang uih
(puput ngagugu naon ceuk si Neneng)
Puput                    : Surabi..surabi (bari leumpang kaluar)
Sheila                    : Puntennya Di, Ela teh teu maksud ciga kieu
Adi                         : Muhun teu sawios la..
Sheila                    : mun kitu Ela bakal batalkeun perjodohan ieu nya
Adi                         : ehh naha laa?
Sheila                    : Ela mbung bogoh pedah kapaksa Diii, cinta mah kudu ikhlas ti hate ka hate Dii..
                                Adi mah kalem we, Ela ciga kieu demi Neneng, sahabat Ela
Adi                         : nuhun nya laa hanupis nyaa
Sheila                    : sami-sami di

TAKE 8
Saberes kajadian kamari, isukna Ela mere nyaho ke Ambu jeung Ustad Aji yen Ela teu tarima di jodohkeun pedah miboga alasan kantos gaduh kabogoh di Jakarta, padahal sabenerna henteu. Bisa teu Ustad Aji narima Neneng dengan Adi?urang tuluykeun di TKP...
(abah dan adi keur diuk santai di teras imah)
Adi                         : bah..
Ust. Aji                                 : Hmmm
Adi                         : Abah..
Ust. Aji                                 : Hmm
Adi                         : Abaa ahh..
Ust. Aji                                 : Hmm mmm
Adi                         : Abah ih nyaa, Adi bade nyarios. Tingali heula Adi
Ust. Aji                                 : Aciyee Kurang perhatian niyeee
Adi                         : Adi Meriang (lagu meriang)
Musik berhenti
Adi                         : hepp hepp hepp, adi teh bade nyarius sariuss
Ust. Aji                                 : ohh enya enya kunaon kunaon?
Adi                         : Adi teh.. mau nikah sama neng Neneng
Ust. Aji                                 : KUMAHA !!!
 Adi                        : Iya abah, Adi putra Setia bade nikah sareng NENENG
Ust Aji                   : Jawaban abah sarua di, TEU SA TU JU
Adi                         : Abah.. ai Adi pernah ngalawan Abah? Ai Adi pernah ngalanggar parentah Abah? Ai Adi pernah menta sasuatu ka Abah? Henteuu kan Bahh
Ust. Aji (nunduk)
Adi                         : Adi mohon Bah.. ieu pamenta terahir Adi ka Abah, pang restukeun Adi sareng Neneng Bahh
Ust. Aji                                 : Tapi.. kabeh geus telat Adi, Otoy erek ngawinkeun poe ieu
Adi                         : KUMAHA !!
                                Naha Adi teu apal, abah oge naha teu ka kawinan si Otoy?
Ust. Aji                                 : Naha Abah kudu kaditu
Adi                         : Panan Abah teh bapana si otoy
Ust. Aji                                 : Oh enya.. astagfirullah pohoo. Sugan abah budak abah ngan maneh hungkul
Adi                         : Astagfirullah Abahh, hayu bahh susul si Otoy
Ust. Aji                                 : Adi Otoy Bin Titan ......


TAKE 9
Adi jeung Ust. Aji tungtungna buru-buru ka kawinan Otoy. Samentara Sheila, Jelita, Nesa jeung Ambu kur bisa nunggu harapan susuganan Adi datang pas dinu waktuna. Bisa teunya Adi datang pas di waktuna?
(jol Adi dan Ust. Aji datang manggihan narator)
Adi                         : Ehh ehh hayuu gancang kaburu si otoy kawin jeung si neneng
Narator                : Ehh ehh naha kalian teh bisa kaluar?
Adi                         : Ahh hayu lumpat wehh
Ust. Aji                                 : Ehh ehh ieu teh saha? Adi na ai maneh nuntun saha? (ust. Aji lumpat)
Narator : Eheh urang balik deui ka TKP...
Penghulu            : Saya Nikahkan Adi Otoy BinTitan dengan Neneng Sureneng BinEka Tunggal Ika dengan seperangkat sajadah masjid dibayar NGANN JUKK
Otoy                      : saya terima kawin nya Neneng Sureneng Bin eka Tunggal Ika dengan Adi Otoy Bin Titan dengan seperangkat sajadah masjid dibayar hutang
Penghulu             : Kumaha?sah?
Adi                         : STOPPP! Cukup toy maneh ulah kawin jeung si Neneng, geus cukup maneh teu ngahargaan posisi awewe !!!!
Otoy                      : Cicing maneh aya urusan naonn?!maneh teu apal kan?si neneng boga hutang loba ka urang, moal pernah bisa di tebus, sok pak penghulu lanjut deui
Penghulu             : Sah?
Adi                         : TEU SAH! Mun kitu ku urang tebus kabeh hutang si Neneng
Otoy                      : Teu cekap Adi Bagong, Hutang Neneng masih loba keneh. Lanjut penghulu
Penghulu             : Sah?
Adi                         : TEU SAH pak penghulu
Otoy                      : Naon deui??
Penghulu             : ahh lieurr, kumaha sihh sah teu sah. Sim kuring teh orangnya busy U noww. (penghulu nangtung)
                                Bu Narator abdi indit heula nyaa, tong kangen Assalamualaikum
Narator (reuwas)            
Semua                  : Waalaikumsallam
Adi ngejemput neneng
Adi                         : Kadieu Neng (pegang tangan Neneng, bawa neneng pergi)
 Neneng               : Akangg, nuhun tos bebas keun Neng (ceurik)
Adi                         : Neng teu nanaon kann?neng ayeuna teu kedah sieun deui, tenang Aya akang. Sabenerna akang tos lami mendem rasa ka Neng. Neng nikah Jeung Akang yuu
Neneng                                : Nya kang Neng hoyong, neng ge cinta pisan ka akang
Adi                         : Alhamdulillah, nuhun ya Allah
Ust Aji                   : Kumaha SAH??
Semua                  : SAHHH

Carita Otoy
Istri 1                     : Kang, arurang cerei (indit)
Otoy                      : talak kahiji (keneh bungah)
Istri 2                     : mas, kita cerai (indit)
Otoy                      : talak kadua (rada sedih)
Istri 3                     : yang, Ayang, kita cerai (plak)
Otoy                      : Talak katilu (sedih)

Narator : Akhirna saenggeus perjalan cinta nu lieur. Neneng jeung Adi bisa babarengan deui, jeung otoy menangkeun karma na. Cerita ini rengg
Ust. Aji                 : ehh ehh tor, tong waka ditutup
                                Adii Elaa sabenerna, Abah sareng Ambu teh ngagaduha perasaan masing-masing
Adi                         : Adi sihh yess
Sheila                    : Ela juga yess
Kokon                   : Kokon juga yess
Ust. Aji                 : Ai maneh saha?
Kokon                   : Muhunn Muhunn

Narator : Teu disangki-sangki ternyata Ust. Aji jeung Ambu babarengan oge. Akhirna cerita ieu rengg
Direktur ngetokk panto
Direktur               : Assalamualaikum, Neng Elaa, I’m coming
Semuanya           : Pak Penghulu
Direktur               : Penghulu? Sanes abdi sanes penghulu
Sheila mendatangi direktur
Sheila                    : Nahh Ambu, Abah, kenalkeun ieu teh kabogoh Ela di Jakarta
Direktur               : Yaa simkuring teh kabogohna neng Ela, Direktur PT UUS NChoi Siwon
Ambu                    : eleuhh meni kasep kitu calon mantu ambu teh
Ust. Aji                                 : abah oge ambu abah oge

Narator indit ka tengah : nyaa tah ieu ahir ceritana,
Sheila                    : Teu Acan Rengse Torrrr

Narator : CERITA RENGSEE!!!!
-          Rengse       -





Terima kasih sudah membaca teman-teman.
Silahkan tinggalkan Kritik dan Saran di kolom Komentar.
Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih ;))