Indar dan Sang Kapten
By : naraanim
Menjadi seorang putri bangsawan memang
tidak seenak yang kalian bayangkan. Indadari Koeswati. Indar, itulah
panggilannya. Seorang cucu menteri keuangan negeri ini yang terkenal akan
dermawannya, sayang kedua orangtuanya tidak menyukai soekarno hingga
bersekongkol dengan pasukan PKI secara diam-diam dan ketika Indar berusia 3
tahun orangtuanya pergi mengikuti pemberontakan bersama yang lain dan terbunuh.
Indar yang masih berusia 3 tahun diasuh oleh kakek neneknya hingga ia tumbuh
menjadi wanita yang cantik.
Dan inilah zamanku, zaman dimana Belanda
dengan leluasanya memasuki negara ini. Selalu saja terdengar baku tembakan
setiap harinya. Ya.. pasukan sekutu itu membuatku risih, apalagi ditambah para
pedagang harus menyisihkan setengah lahan tanahnya untuk mereka. Sungguh kejinya
mereka. Dikasih umpan makan tuan, mereka para pasukan itu selalu memandang
rendah perempuan apalagi perempuan negeri ini. Indar pun tak suka dengan
perbuatan mereka yang tak senonoh.
Indar pun kadang selalu menyelinap ke
dalam markas para pasukan sekutu, dengan cara di tengah malam dia pergi diam2
tanpa sepengetahuan kakek dan neneknya untuk sekedar penasaran terhadap para
sekutu itu. Dia kadang berpakaian seperti penyusup, yang memakai pakaian serba
tertutup.
Hingga suatu hari ‘Bruk’ seseorang terjatuh
didepan Indar ketika dia sedang menyelinap masuk ke dalam markas sekutu.
Dilihatnya orang itu, ternyata sekujur tubuhnya memar, sepertinya dia baru saja
dipukuli pikirnya. Segera saja Indar
pergi agar tidak ketahuan. Tapi langkahnya terhenti ketika..
“To..Long.. To.. Long..” ucap sang pemuda yang
terluka itu.
Indar menengok ke belakang dan tak tega meninggalkan
dia. Akhirnya dia membantunya, dia membawanya masuk ke dalam asrama. Dalam
perjalanannya dia memapah sang pemuda itu.
“Thank you bung..” ucap sang pemuda.
Indar tidak menjawabnya, dia hanya focus memapah
sang pemuda itu. Di sepanjang jalan sepi, karena hari ini terdapat pesta meriah
hingga akhirnya semua para pasukan pergi untuk berfoya-foya mengikuti pesta.
“Hey.. kau penyusup yaa” ucapnya. Indar hanya diam
tak menjawab pertanyaan sang pemuda itu.
Hingga sang pemuda itu membuka penutup mulut Indar,
Indar pun kaget dan melihat sang pemuda itu. Dua pasang mata coklat saling
bertatapan. Indar tersadar dan segera memalingkan wajahnya dan mulai melanjutkan
memapahnya.
“Lukamu tak ada yang serius” ucap Indar.
“Oh iya, aku sudah biasa mendapatkan luka seperti
ini. Lagian mereka juga bukan bangsaku, aku hanya dipaksa melakukan perintah
mereka” jawabnya.
“Tapi kamu salah satu dari mereka” ucap Indar. Sang
pemuda itu hanya tersenyum simpul.
“Dah.. kita sudah sampai” jawab sang pemuda. Indar
yang terlalu fokus memikirkan ucapan sang pemuda, hingga lupa bahwa dia sudah
sampai.
Ketika Indar hendak
melepaskan Sang Pemuda, tiba-tiba sang pemuda itu seperti akan jatuh.
Dengan sigap Indar langsung meraih tangannya lagi. Tapi topi yang dipakai untuk
menutupi rambutnya tidak sengaja terlepas dan memperlihatkan rambutnya.
“Wanita?” tanya dia heran.
Indar yang terkaget, langsung saja memasangkan
topinya lagi. Sang pemuda pun duduk di kasurnya dan tertawa.
“kenapa tertawa?” tanya Indar.
“Tak ada, hanya lucu saja ada seorang penyusup
wanita yang berani masuk kedalam gudang lelaki” jawab Sang pemuda santai.
“Wardani Eka Pratama, kalau nama belanda Erik
Barack” lanjutnya.
Indar pun segera pergi meniggalkan sang pemuda, tapi
sang pemuda itu menahannya.
“Tunggu, 2 hari ke depan para sekutu akan datang
menjajah perhiasan. Tolong beritahu yang lain” ucap Dani.
Indar hanya mengangguk dengan badan sudah siap untuk
pergi, setelah berjalan sedikit..
“Indadari Koeswati” ucapnya sambal melirik Dani
2 hari kemudian benar saja para sekutu
itu datang kerumah Indar untuk merampas semua perhiasan kakek dan neneknya.
“Give me the jawl !” ucap satu diantara 3 lelaki
yang memaksa sang nenek hingga jatuh ke bawah.
“Please.. please don’t hurt my mother” ucap seorang
perempuan yang tiba-tiba memeluk sang nenek.
Kapten yang melihat adegan tersebut segera memarahi
anak buahnya yang tadi membuat nenek itu jatuh.
“Hey.. hey.. Nee.. Not like that” ucap kapten yang
tiba-tiba mndekati sang nenek dan Indar lalu memarahi anak buahnya.
“Captain!” ucap salah seorang tentara Belanda.
“Kolonel need you, please come to him!” ucap Kapten
dengan nada tegas.
Setelah kepergian tentara Belanda itu, kapten
kembali membalikan badannya dan bertanya kepada Indar dan sang nenek.
“Kalian tidak apa-apa?” ucap sang kapten.
“Kau.. Pribumi?” ucap sang nenek kaget.
“Ya.. aku pribumi sama sepertimu dan sama seperti
anak perempuanmu tentunya.” jawabnya
“Mari bangun aku bantu.” Sambung kapten.
“Kau? Bagaimana bisa?” ucap Indar yang sudah kembali
dari pemikirannya.
“Indar kau kenal dia?” tanya sang nenek.
“Tidak, aku hanya pernah bertemu dengannya” jawab
Indar.
“Tak apa, kalian mengobrollah dulu, nenek akan
kembali ke rumah sendiri” ucap nenek dan meninggalkan Indar dan sang Kapten.
“Ikut aku” ucap kapten yang langsung menarik tangan
Indar untuk menjauhi tempat tersebut.
“Aku kan sudah bilang kepadamu, kenapa kamu tidak mendengarkan?”
tanya kapten.
“Atas alasan apa aku harus mngikuti printamu” jawab
Indar
“Dengar, aku hanya ingin pribumi disini aman” ucap
kapten.
“Jika ingin aman, kamu seharusnya tidak memakai baju
kebangsaan mereka! Itu sama saja seperti kamu membuat Indonesia tidak aman!”
ucap Indar, kemudian Indar yang akan pegi tertahan oleh ucapan sang Kapten.
“Aku menyukaimu” ucap sang kapten tiba-tiba pada
Indar, Indar pun membalikan badannya dan melihat Kapten.
“Tapi aku tidak menyukai seorang pengkhianat!” tegas
Indar. Kaptenpun meraih tangan Indar.
“Dengar, aku dan timku bertugas memata-matai
Belanda” pernyataan kapten yang langsung dipotong oleh Indar.
“Tapi aku tidak melihat pribumi yang lain”
“Kita terpisah.. setidaknya itula yang aku lakukan
untuk membela negara ini bukan hanya mengendap-ngendap masuk ke dalam markas
para bedebah itu” pernyataan sang Kapten membuat Indar berpikir.
Indar yang sedang memikirkan ucapan kapten kembali
melamun. Kapten yang sadar akan Indar yang diam, segera dia goyangkan bahunya
dan memanggil namanya.
“Dar.. Indar?”
“Ah iya ada apa E...rik?” kaget Indar sambil melihat
nama dibaju Erik. Kapten yang tiba-tiba tersenyum kemudian tertawa akan
kelucuan sang perempuan ini.
“Loh.. ada yang lucu ya?” tegas Indar sambil melihat
bola mata sang Kapten.
“Nee.. kamu hanya lucu, padahal 2 hari yang lalu aku
barau saja memperkenalkan diriku dan kamu sudah lupa” ucap kapten sambil
cekikikan.
“Sudahlah, aku tidak suka ditertawakan”
“Baiklah aku minta maaf” ucap Kapten
Tiba-tiba diluar sana terdengar seseorang sedang
memanggil sang kapten. Kapten yang tertegun dan tak suka waktunya diganggu
terpaksa harus meninggalkan Indar.
“Dengar, dalam 1 minggu dari sekarang akan ada pesta
besar dan semua tentara itu akan pergi berpesta. Kau bisa datang ke markas
dengan pakaian tertutup itu, aku jamin tidak ada Belanda yang mau melewatkan
pesta” Ucap Kapten kemudian pergi.
Indar pun melihat Kapten yang berlalu pergi menjauh
dari dirinya, terdengar disana antara Kapten dan salah satu tentara itu sedang
berbincang dan merekapun pergi.
1 minggu kemudian
Setelah pertmuan terakhir itu, benar saja Indar dan
sang kapten bertemu di dalam markas para tentara. Kapten yang tidak menyangka
Indar akan datang, ternyata bisa dipercayai.
“Akhirnya kamu datang..” ucap sang Kapten.
“Cepatlah aku tidak ada waktu untukmu”
“Baik.. kemari...” ucxap Kapten.
Kapten kemudian membukakan peta wilayah dan
menyalakan senter, kemudian kapten menjelaskan bahwa peta ini merupakan peta
invasi yang akan dilakukan besok.
“Besok, kita akan melakukan perampasan besar-besaran
di desa ini” tunjuk Kapten
“Tapi kenapa? Apa harta yang diberikan sebagian oleh
penduduk desa tidak cukup?” tanya heran Indar.
“Yaa.. belum lama ini, nippon menyerang kami maka
dari itu kami membutuhkan lebih banyak uang dan bahan pokok untuk membeli
senjata.” Ucap Kapten panjang lebar.
“Apa yang kamu mau dariku?” Tanya Indar.
“Aku hanya ingin memberitahumu dan juga beritahulah
semua penduduk desa untuk pergi mengungsi malam ini.” Jawab kapten.
“Mengungsi? Mengungsi kemana?”
“Berjalanlah ke Barat, disana ada suatu tempat yang
masih belum terjangkau oleh tentara Belanda” Ucap kapten.
“Baik” jawab Indar mengangguk.
Saat Indar akan melangkah pergi, Kapten menahan
tangan Indar.
“Tunggu aku belum mendengar jawabanmu”
“Jawaban? Kau akan mndapatkan jawabannya nanti Capt”
ucapan terakhir Indar kepada sang Kapten.
Setelah kepergian Indar, Indar langsung
membangunkan kakek dan neneknya. Dia menceritakan semua kejadian yang besok
akan terjadi. Indar, Kakek, dan Neneknya pun membangunkan warga satu persatu
untuk segera mengungsi. Semua warga mengikuti suruhan Indar dan Sang Kapten yaitu
pergi ke arah barat.
Pagi hari benar saja para tentara
Belanda itu datang dengan siap untuk menggeledah rumah warga. Alangkah kagetnya
mereka ketika desa dirasa sangat sepi dan saat mengobrak-ngabrik rumahpun
mereka tidak menemukan apa-apa. Kolonel yang kecewa akan ketidak tahuan para
prajuritnya menghukum mereka dengan menglilingi desa sebanyak 100 kali.
Tapi ternyata salah satu diantara mereka
mendatangi kolonel dan membertitahukan sesuatu. Kolonel Roger yang mengetahui
hal ini langsung geram dan segera memanggil sang pelaku.
“Captain Erick!” ucap Kolonel Roger Tegas.
“Yes Sir!” balasnya.
“I hear you not in the party last night, isn’t it?”
Tanya kolenel Roger.
“Yes Sir!” jawabnya.
“Why? Where are you last night?” Tanyanya lagi.
“I’m sick sir, so I just stay in the armypost” Jawab
sang kapten.
“He told me, you invite a women to know our plan for
today, isn’t right?” Tanyanya marah.
Kapten melirik sang pemberitahu itu, ternyata ia
adalah sahabat terdekat Kapten yaitu Brian yang selama ini Kapten percayai
sebagai sahabatnya ternyata musuhnya juga.
“Tell me Erick! If he lie, I will shott him” Ucapnya
sambil menyiapkan pistol untuk siap ditembakan pada Brian.
“Yes Sir, I bring a women and tel him about our
plan” Jawabnya.
Dor!
Suara tembakan terdengar, tapi bukan
untuk brian tapi untuk Kapten. Kapten terkena tembakan di kaki sebelah kirinya.
Kapten yang merasa kesakitan hanya bisa terjatuh dan meringis kesakitan. Tiba-tiba
pandangan Kapten kabur dan Kapten pingsan.
Tuutt
Dirasa terdengar seperti suara perahu,
kapten pun terbangun dengan kaki kirinya merasakan kesakitan. Saat dia melihat
siapa yang mengobatinya ternyata itu Brian. Kemudian Brian pun meminta maf karena
telah mengkhianati Kapten dan menjelaskan bahwa dirinya mengidap asma dan dia
tidak bisa meninggalkan putri kecilnya untuk mati begitu saja.
Brian juga menjelaskan bahwa Kapten
diberi hukuman penjara selama 10 tahun di Netherland (Belanda). Kapten yang kaget
akan berita tersebut menjelaskan semua tragedi antara dia dan Indar. Brian pun
merasa bersalah tapi apadaya semua telah terjadi. Ketika sampai di Netherland
Kapten memberikan sepucuk surat kepada Brian.
“Tolong berikan surat ini pada seseorang yang sekarang
diam di desa bagian barat” ucap Kapten.
Brian pun mengambil suratnya dan pergi.
Sesampainya Brian ke Indonesia dia dinobatkan menjadi Kapten tetapi ia
menolaknya, ia meminta untuk menjadi pembawa pesan ke Belanda. Kolonel pun
menyetujuinya.
Setelah 1 minggu mencari seseosok
perempuan yang Kapten bilang, akhirnya dia bertemu dengan Indar yang ternyata
adalah seorang guru di suatu sekolah. Brian pun berbincang dengan Indar dan memberitahu
kondisi Kapten sekarang. 1 tahun lebih Brian sering sekali pulang pergi
Indonesia Belanda dan tidak lupa pula Kapten dan Indar saling mengirim pesan.
Ketika Brian pergi anaknya yaitu Norma akan dititipkan pada Indar. Dan Indarpun
menyetujuinya.
5 tahun kemudian Brian yang masih setia menjadi pos
pngirim surat antara Indar dan Kapten mengucapkan sesuatu.
“Indar.. saat ini Netherland sedang diserang oleh
Nippon, dan Indonesiapun akan terkena dampaknya. Ini sepertinya surat terkhir
yang akan aku kirimkan kepadamu. Aku dan Norma akan kembali ke Netherland. Aku
harap kau dan kapten segera dipertemukan” Ucap Brian perpisahan. Indarpun
mengangguk dan memberikan surat terakhir itu kepada Brian untuk diberikan
kepada Kapten.
5 tahun kemudian, setelah kedatangan
Nippon. Kehidupan Indar hancur, kakek dan neneknya dibunuh dengan cara sadis
oleh tentara Jepang. Dia diperkosa oleh salah satu tentara Jepang, lapar..,
disiksa.., bau amis darah.. membuat Indar tak tahan akan kekacauan ini. Iapun
secara diam-diam pergi menuju pantai mencari tempat persembunyian. Disana
untungnya dia menemukan beberapa warga yang membantu hidupnya. Setidaknya
disini ia tidak harus memuaskan nafsu para Jepang itu.
Setahun kemudian setelah pemberitahuan
Jepang yang mundur dari Indonesia, Sekutu kembali menguasai Indonesia, tetapi
tentunya tidak sekejam saat penjajahan Jepang kemarin. Indar pun hidup aman
sebagai pembantu para nelayan.
Saat sore hari, Indar akan pergi ke
pantai untuk mencari kerang tetapi dipinggir pantai dia melihat sosok lelaki
tinggi dengan baju yang lusuh. Indarpun mendekati lelaki itu dan setelah dia
melihat kedua mata itu, Indar mengingat seseorang.
“Kapten” ucap Indar
Lelaki itupun tersenyum,
“Jangan panggil aku Kapten, aku sudah tidak menjadi
kapten lagi” Jawabnya.
“Akhirnya setelah sebulan aku mencarimu, ternyata
benar aruslah yang membawaku kembali kepadamu” Sambung kapten.
Indarpun hanya tersenyum, kemudian ia
menceritakan semua kejadian setelah kepergian Brian. Kini Indar maupun Kapten
tidak mempunyai siapapun di negeri ini, hanya tersisa mereka berdualah tanpa
sanak saudara.
“Dan kau menggunakan cincin yang aku berikan?” Tanya
kapten.
“Ya.. dan aku menggunakannya selama lebih dari 10
tahun” Jawab Indar, Kapten pun tertawa.
“Baiklah aku akan mengulangi kata-kataku disurat
itu” Ucap kapten yang kemudian berjongkok di depan Indar.
“Indadari Koeswati maukah kau menikah dengan Kapten
Wardani Eka Pratama?” Tanya kapten.
Tanpa basabasi Indar pun langsung mengangguk dan
mereka pun berpelukan.
“Hey.. kau mau melihat norma?” Ucap kapten, Indar
pun mengangguk. Kapten pun mengeluarkan selembar foto dan memerlihatkannya pada
Indar.
“Wah.. dia sudah besar”
Mereka pun hidup bahagia sebagai pasangan suami dan
istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar